Sobat Bumi percaya gak kalau kapal dengan berat 200 ton ini dibuat dengan tangan manusia dan tanpa menggunakan paku ataupun peralatan modern lainnya?
Kapal Pinisi dari Sulawesi tepatnya oleh suku Bugis dan suku Makassar ini berbahan kayu dan dibuat selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun tahun. Kedua suku tersebut juga dikenal sebagai pelaut tangguh Indonesia. Pembuatannya diajarkan secara turun temurun.
Menurut naskah Lontar La Galigo, kapal ini pertama kali dibuat pada tahun 1500-an. Kapal ini dibuat oleh putra mahkota Kerajaan Luwu, Pangeran Sawerigading. Kapal ini digunakan untuk pergi ke Tiongkok dan menikahi Putri We Cudai.
Lalu setelah beberapa tahun tinggal di Tiongkok. Pangeran Sawerigading kembali ke Luwu. Namun sayangnya di perairan luwu kapalnya diterjang ombak dan terpecah menjadi 3 bagian.
Tiga bagian tersebut pergi ke wilayah yang berbeda. Bagian tersebut tersebar ke Desa Ara, Tanah Bira, dan Lemo-Lemo. Lalu bagian-bagian tersebut disatukan kembali oleh penduduk setempat dan dijadikan kapal pinisi seperti semula.
Pembuatan kapal ini pun tak lepas dari ritual-ritual yang dilaksanakan. Salah satunya adalah mengumpulkan kayu pada tanggal 5 yang melambangkan rezeki sudah ada di tangan dan tanggal 7 yang melambangkan akan selalu dapat rezeki.
Kapal ini dulu digunakan sebagai angkutan barang atau rempah dari Indonesia ke luar negeri. Namun sekarang kapal ini digunakan untuk tujuan wisata.
Pada tahun 2018 UNESCO sudah menetapkan kapal pinisi sebagai warisan tak benda dunia karena unsur budaya dan adat dalam pembuatannya.