Siapa sih yang gak kenal dengan Tolak Angin, produk andalan dari Sido Muncul ini? Minuman jamu yang dikemas secara modern ini kini menjelma sebagai produk yang banyak diminati masyarakat Indonesia ketika sedang masuk angin atau sedang dalam keadaan tak enak badan.
Sebelum sebesar dan seterkenal sekarang, Tolak Angin ini memiliki sejarah yang menarik untuk disimak. Jadi, jamu Tolak Angin ini awalnya hanya sebatas jamu rebusan yang dimasak secara tradisional.
Jamu ini dibuat awalnya hanya untuk konsumsi keluarga Irwan Hidayat (Direktur PT Sido, sekarang) yang saat itu bermukim di Yogyakarta. Jadi, resep awal jamu Tolak Angin ini berasal dari Rahmat Sulistio, nenek dari Irwan Hidayat.
Namun, karena kepandaiannya dalam berwirausaha, jamu Tolak Angin yang awalnya hanya untuk konsumsi keluarga, mereka jual. Tepat di tahun 1941, Rahmat Sulistio memutuskan untuk membuka toko jamu di kediamannya.
Toko tersebut pun menjual ramuan masuk angin ini untuk masyarakat umum dalam bentuk rempah-rempah yang diberi nama Jamu Godokan Tolak Angin di Toko Djamu yang mengambil sekat dari bagian rumahnya.
Ibu Rahmat ini sangat berperan penting bagi kelangsungan toko dan produk jamu Tolak Angin ini. Sejak proses penanaman rempah, meramu, hingga penjualan, dikerjakan seorang diri oleh Ibu Rahmat.
Ia pun yang memilih dan memastikan sendiri kualitas bahan, menentukan ketepatan komposisi, hingga memasarkannya dalam kondisi bungkusan rapi. Semakin hari, toko Ibu Rahmat semakin ramai pembeli jamu Godokan Tolak Angin.
Singkat cerita, toko djamu ini semakin dikenal. Keluarga Irwan Hidayat pun semakin mengembangkan usaha keluarga tersebut. Tahun 1961, pabrik Sido Muntjul semakin berkembang pesat. Inovasi pertama yang dilakukan untuk produk andalan Tolak Angin adalah membuatnya dalam format serbuk yang praktis.
Di tahun 2000 an, Jamu Tolak Angin pun makin dikembangkan. Di era ini lah jamu Tolak Angin dikemas dan disajikan dalam bentuk cair, persis seperti yang sekarang Sobat Bumi konsumsi.